Di tengah-tengah minggu tenang ini saya ingin sejenak membahas tentang dunia politik di Indonesia khususnya tentang bursa Cakada dan Caleg... Sebelum masuk ke pembahasan tersebut, kita perlu tau sedikit tentang apa itu politik..
" Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanya πολίτης (polites - warga negara) dan πόλις (polis - negara kota).
Secara etimologi kata "politik" masih berhubungan dengan polisi, kebijakan. Kata "politis" berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata "politisi" berarti orang-orang yang menekuni hal politik. " (Source : http://id.wikipedia.org/wiki/Politik)
Hmmm, jika kita pikir secara logis, sebenarnya tidak ada yang salah dengan ilmu politik itu sendiri mengingat tujuannya sebagai penentu arah kebijakan negara. Lalu sebenarnya apa yang salah? Yang salah adalah praktisi di dalamnya yang merusak citra positif dari politik itu sendiri. Ya walau tidak semua politisi itu buruk, saya yakin masih ada politisi yang mempertahankan prinsip politik sehat.
Baru-baru ini tengah marak mengenai pelaksanaan Pilkada di sejumlah daerah yang merupakan even 5 tahunan. Selain Pilkada, di tahun 2014 nanti juga akan dihelat Pemilu Presiden dan Legislatif. Dalam even ini tentu semua calon berlomba-lomba menarik simpati rakyat untuk memilih mereka.
Dalam praktiknya, berbagai upaya dilakukan mulai dari menyebar selebaran, banner, baliho, pasang iklan di media cetak, dialog dengan calon di pengajian2, dsb... Nah, dari sejumlah metode kampanye tersebut ada yang belum saya sebutkan dan sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Yap! Bagi-bagi uang... :D
Dari sejumlah metode yang ada, metode bagi-bagi uang ini mungkin metode yang paling ampuh bagi calon untuk menggaet pendukung. Metode ini kerap kali digunakan di desa-desa dimana wawasan masyarakatnya akan politik masih dibilang rendah. Menurut mereka calon yang baik adalah yang sering bagi-bagi uang dengan indikator tingkat kekayaan bukan intelektual. Ya, kita tidak bisa memungkiri fenomena ini.
Metode politik uang ini adalah metode yang paling saya benci. Bagaimana tidak, dengan begitu berarti suara rakyat hanya dihargai dengan uang sebesar 10rb - 20rb Rupiah untuk periode 5 tahun. Sebenarnya bukan hanya suara rakyat yang dijual, yang paling krusial adalah nasib dan masa depan rakyat dan daerah itu 5 tahun ke depan.
Coba saja bayangkan, kalau ketika kampanye saja keluar uang sebanyak itu, itu semua uangnya siapa, bisa uang sendiri atau pinjaman, itu nanti ketika sudah menjabat pasti bingung buat balikin modal atau pinjaman. Nah lho, uang siapa buat nutupin balik modal? Lagi-lagi uang rakyat.. Metode suap menyuap ini dikhawatirkan ujung-ujungnya korupsi... Yang rugi rakyat toh, kalau diwakili atau dipimpin sama pihak yang tidak kompeten. Jadi mulai sekarang jadilah pemilih yang cerdas, bukan hanya anda, ajak juga rekan-rekan dan saudara untuk jadi pemilih cerdas. : )
No comments:
Post a Comment